Monday, August 31, 2009

Ternyata Ada 1 Fungsi Pendidikan Kita yang Belum Berjalan

Melaksanakan tarawih di bulan Ramadhan ternyata mempunyai keuntungan ganda.
Selain dapat menjalankan ibadah, kita juga berkesempatan mendapatkan ceramah yang bermanfaat.
Pada malam keenam tarawih di Mesjid Agung Al Azhar Jakarta Selatan, penulis berkesempatan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Prof. Dr. Qomari Anwar, MA.

Beliau menjelaskan ada tiga fungsi pendidikan, yaitu:

1. Transfer of knowledge
Artinya adalah proses berpindahnya ilmu pengetahuan dari guru kepada anak didiknya. Di Indonesia hal ini berjalan dengan baik. Ditandai dengan berhasilnya siswa/i Indonesia keluar sebagai pemenang pada berbagai tingkat kompetisi internasional. Dalam berbagai bidang
keilmuan yang mereka geluti, para siswa/i tersebut berhasil menjuarai olimpiade fisika, biologi, matematika dan berbagai kompetisi internasional lainnya.
Sungguh suatu prestasi yang mengharumkan nama bangsa.

2. Developing skills
Fungsi pendidikan yang kedua adalah mempersiapkan para anak didik dengan berbagai keterampilan. Tidak hanya di sekolah kejuruan (vocational), sekolah-sekolah umum yang lain pun telah lama memasukkan berbagai mata ajaran yang menekankan pada aspek peningkatan skill semisal komputer, bahasa, dan lain sebagainya. Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat nanti beraktivitas di masyarakat, mereka bisa berperan optimal dan siap berkompetisi dengan sehat baik di tingkat lokal, regional atau bahkan global.

3. Transfer of values
Bagaimana dengan fungsi yang ketiga ini. Menurut beliau sistem pendidikan kita saat ini belum berhasil melaksanakan aspek yang terakhir ini.
Kita memang membutuhkan generasi muda yang pintar, menguasai bidang keilmuannya dan memiliki skill yang cukup sehingga siap menghadapi kompetisi global. Namun ironinya, karena penyampaian nilai-nilai (transfer of values) yang tidak berjalan maka hasil yang terdapat dalam setiap pelajaran tidak lebih hanyalah menjadi angka-angka yang tidak mempunyai makna. Pelajaran-pelajaran agama, moral, kebangsaan dan pelajaran lainnya memang dapat dijawab dengan baik oleh para siswa dan nilainya pun bahkan nyaris sempurna. Namun, di sisi lain tingkat kekerasan, seksual dan tawuran persentasenya juga tidak kalah bagusnya.

Berdasarkan hasil survei Komnas Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 memperlihatkan bahwa sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat. Yang lebih menyeramkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi.
Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Hasil yang tentu saja menyesakkan dada setiap orang tua.

Para murid mengetahui bahwa menghormati orang tua itu wajib hukumnya, melaksanakan sholat tahajud besar manfaatnya, dan berbuat dosa akan diganjar neraka. Pengetahuan sebagai ilmu berhasil disampaikan namun pengetahuan sebagai nilai (virtues) gagal diberikan.
Ternyata keberhasilan mentransfer pengetahuan tidak dibarengi dengan proses mentransfer nilainya.

Fakta di atas memperlihatkan bahwa fungsi pendidikan kita masih parsial, lebih menekankan pada dua aspek pertama namun cenderung melupakan aspek yang ketiga.

Menurut hemat penulis, fungsi transfer of values dapat dimulai dari rumah-rumah setiap keluarga dan dari orang-orang yang ingin membangun rumah tangga. Bagi yang sudah berkeluarga, harus dipastikan betul bahwa orang tua telah memberikan contoh mengenai
cara-cara berprilaku yang baik dan santun. Sementara bagi yang ingin berkeluarga, pastikan bahwa pasangan anda benar-benar mempunyai komitmen untuk membangun keluarga yang penuh dengan nilai-nilai Ilahiyah. Keluarga bukan hanya menyangkut hubungan antara dua insan yang berbeda. Keluarga adalah cerminan kehidupan dan kemajuan bangsa dan lebih dari itu berkeluarga berarti beribadah.

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi saudara-saudaraku yang menjalankannya. :-)